Ini Hasilnya Bila Sampah Domestik “Dipresto”

Tangerang – Ada beragam produk kuliner dengan proses pengolahan “dipresto” misalnya ayam atau ikan, alhasil bahan makanan tersebut berasa empuk hingga ke tulangnya. Tapi yang akan kita ulas di sini bukan lah makanan, melainkan bahan sampah. Lalu, seperti apa jadinya bila sampah domestik yang “dipresto” ?

Saat ini, ada penemuan baru proses pengelolaan sampah yang konon belum banyak digunakan di negara-negara lain. Namun, teknologi ini, baru pertama kali diaplikasikan di Indonesia tepatnya di Kampung Carang Pulang, Kabupaten Tangerang, Banten.

Teknologi ini, diberi nama Teknologi Pengolahan Sampah Hidrothermal yang peresmian penggunaanya dilaksanakan pada 5 Oktober 2016 lalu dan disaksikan oleh sejumlah kepala daerah di Banten.


Summarecon Agung Tbk, melalui unit usahanya Summarecon Serpong selaku Investor, bekerjasama dengan PT. Shinko Teknik Indonesia selaku Technologi Provider membangun Pengolahan Biomassa dengan menggunakan Teknologi Hidrotermal di atas lahan seluas 5.000 meter.

Bayu Indrawan, Direktur PT. Shinko Teknik Indonesia yang juga pelopor pengolahan Biomasa di Indonesia menjelaskan sekilas tentang Teknologi Pengolahan Sampah Hidrothermal ini, adalah teknologi pengelolaan sampah dengan mengubah sampah menjadi produk yang bermanfaat dan ramah lingkungan.


Sampah domestik dari kawasan Summarecon Serpong yang “Dipresto” akan hancur dan kemudian bisa dibentuk menjadi bahan bakar padat menyerupai batu bara, pupuk dan pakan ternak. Proses pengolahannya dimulai dengan memasukkan bahan mentah (biomassa tercampur yaitu sampah dengan karakteristik campur ‘baik basah dan kering’) ke dalam sebuah reaktor.


Langkah selanjutnya dengan menyuntikkan uap jenuh sekitar 200 ºC dan 2 MPa ke dalam reaktor. Proses pencampuran kemudian disambung dengan sebuah pengaduk dalam reaktor sekitar satu jam selama penahanan temperatur dan tekanan. Setelah selesai waktu penahanan dan pelepasan uap, produk seragam yang basah dihasilkan dan kemudian dapat dengan mudah dikeringkan sesuai kondisi pengeringan yang lebih baik.


“Kapasitas pengolahan sampah ini, 7-8 ton sampah sekali masuk dan membutuhkan waktu hingga 3 jam. Waktu operasional kami baru 1 shift dengan jumlah total tenaga sekitar 19 orang. Sekitar 30-40% hasil olahan bisa digunakan kembali sebagai bahan untuk mengolah sampah berikutnya,” ungkap Bayu.


Bahkan apabila jumlah produk terus meningkat, maka akan berpotensi dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit listrik. Pengolahan sampah menjadi bahan bakar akan menjadi solusi yang sangat menjanjikan untuk membantu menghasilkan energy bagi kehidupan, yang berkelanjutan tanpa mengindahkan keramahan lingkungannya.


“Itu sangat mudah, tinggal tambah alat terus dihubungkan dengan mesin, generator nyala menghasilkan tenaga listrik,” pungkas Bayu yang sudah dilirik Bupati Dzaki Iskandar untuk kerjasama pengelolaan sampah di Kabupaten Tangerang. (bd)