Pengolahan Sampah menjadi Energi (Biomassa) Pertama di Indonesia dengan Teknologi Hidrotermal Skala Komersial – Solusi Sampah Perkotaan

Apa latar belakang dibuatnya pengolahan sampah dengan teknologi hidrotermal?


Permasalahan lingkungan merupakan isu global yang menjadi perhatian mata dunia. Salah satu permasalahan lingkungan yang banyak terjadi di negara-negara berkembang adalah pengelolaan sampah, termasuk di Indonesia.


Saat ini penggunaan paradigma lama pengelolaan sampah (konsep kumpul-angkut-buang) masih menjadi cara pengelolaan sampah yang secara umum digunakan di Indonesia. Konsep ini tidak menyelesaikan permasalahan sampah secara menyeluruh, atau dengan kata lain hanya memindahkan masalah yang akan menjadi bom waktu dengan keterbatasan lahan yang digunakan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA).


Sebagai contoh, Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia saat ini memproduksi sampah sekitar 8000 ton per hari, apabila ditumpuk setinggi 1 meter luasnya lebih dari 5x lapangan sepak bola setiap harinya; lebih dari 150x lapangan sepak bola setiap bulannya; lebih dari 1800x lapangan sepak bola setiap tahunnya. Bisa dibayangkan apabila tetap mempertahankan metode yang ada saat ini, berapa banyak lahan yang harus disediakan untuk menumpuk sampah yang ada setiap hari.


Cara yang komprehensif menyelesaikan masalah sampah adalah dengan (1) memusnahkannya atau (2) mengkonversikan sampah menjadi produk yang bermanfaat. Cara ke-2 menjadi lebih menarik karena dapat menghasilkan produk dengan nilai tambah yang tinggi untuk menutupi biaya pengolahan sampah tersebut, salah satunya dengan menggunakan teknologi hidrotermal.


Idenya dari mana?


Dua permasalahan teknis utama mengolah maupun memusnahkan sampah di Indonesia adalah (1) kondisi sampah yang masih tercampur dan (2) kadar air tinggi (60-70%) karena komposisi sampah organik sangat tinggi. Idealnya apabila sampah sudah terpisah dari sumber, pengolahannya akan menjadi mudah dengan mendaur ulang masing-masing jenis sampah. Apabila menggunakan metode konvensional dengan pembakaran langsung seperti insinerator (tungku bakar), proses tidak akan efisien karena kadar air yang tinggi tersebut.


Dengan kondisi tersebut kita coba berinovasi untuk menemukan metode pengolahan sampah yang sesuai dengan karakteristik sampah yang ada. Dengan berbagai pertimbangan serta analisis, baik secara teknis maupun non teknis, teknologi pengolahan sampah hidrotermal ini dinilai yang paling cocok untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Indonesia yang masih tercampur secara komprehensif.


Prinsip kerja teknologi pengolahan sampah hidrotermal serupa dengan prinsip kerja presto memasak. Apabila di presto memasak dengan tekanan sekitar 3-5 bar, tulang-tulang ayam, tulang ikan menjadi lembut. Dengan proses hidrotermal ini menggunakan tekanan yang jauh lebih tinggi sehingga sampah campur yang diproses selama 30-60 menit menjadi produk seperti sludge (lumpur) yang hitam, homogen (seragam), tidak bau seperti sampah pada umumnya (aroma seperti kopi), dan mudah untuk dikeringkan.


Belajar teknologi ini dimana?


Tahun 2009 saya mendapat tawaran beasiswa melanjutkan studi Doktoral di Tokyo Institute of Technology (TIT) oleh salah satu top professor di Jepang (Prof. Kunio Yoshikawa) yang sedang mengembangkan teknologi pengolahan sampah tercampur (nonsegregated waste) dan sangat cocok diimplementasikan di negara berkembang seperti Indonesia.


Teknologi ini terus kita kembangkan dan sempurnakan bersama, hingga saat ini telah diimplementasikan di beberapa negara, seperti di Jepang, China dan beberapa negara Asia lainnya. Akhir tahun 2012 saya kembali ke Indonesia untuk coba berkontribusi dalam penyelesaian permasalahan sampah di Indonesia, dan di Summarecon Serpong ini menjadi project percontohan pertama di Indonesia untuk implementasi teknologi pengolahan sampah hidrotermal.


Sampah apa saja yang bisa diolah dan hasilnya berupa apa?


Teknologi hidrotermal dapat mengkonversi berbagai jenis limbah atau sampah (sampah perkotaan, limbah pertanian / perkebunan, sawage sludge, dll) menjadi produk yang bermanfaat, berupa energi biomassa, pupuk (cair dan padat) serta pakan ternak. Energi biomasa yang dihasilkan berupa bahan bakar padat setara batubara yang ramah lingkungan.


https://www.youtube.com/watch?v=tmOrASdR2tM


Dr. Eng. Bayu Indrawan


LinkedIn : https://www.linkedin.com/in/bayuindrawan


Facebook : https://facebook.com/drbayuindrawan


Twitter : https://twitter.com/drbayuindrawan


Instagram : http://instagram.com/drbayuindrawan


Youtube : https://www.youtube.com/@bayuindrawan1145/videos